Skip to main content

Tips Kalo Mau Ngambil Proyek as Sub-vendor

Tips ini kubikin after my latest project.

#01. Job Description yang jelas, means di kontrak kita udah diberitahu target realisasi ma target waktu dengan jelas. Bikin garis batas pekerjaan yang tegas! When and What nya jelas! And ada komitment yang disepakati dan dijaga kedua belah pihak.

#02. Jangan terlibat atau melibatkan diri dalam intrik2 kepentingan pemilik project dengan vendor lain (beda team kita tapi masih dalam satu project). Bayangin bila persiapan yg kita lakukan, pengkondisian tools, fisik dan mental yang kita punya hanya untuk  kerja taman misalnya, eh! Karena kita kebawa-bawa ke dalam intrik, tiba2 aja bukan cuma taman yang harus diselesaikan, tapi sampe ke arrange acara  peresmian hotel 75 lantai! Kalaupun tidak ada pilihan lain karena kejepit di situasi gajah berkelahi pelanduk kejepit, sebaiknya lakukan "RE-" besar2an!!! Reschedule, Rebuild team work, reinkarnasi jadi supermen bahkan kalo bisa ;)

#03. Jangan biarkan pimpinan proyek yang mengatur siapa yang mestinya dan tidak semestinya berada dalam team anda! Remember, you are the one who will work with ur team to achieve target! Not the boss (he just sitting on his office with a cup of coffe and keeping asking u, how's the proggres?!! Ato kerjaan anda bakal nambah lagi satu,  (satu aja kadang udah terlalu banyak rasanya) training team sampe siap menerima distribusi target dari anda.

#04.  Jangan libatkan perasaan. Bener! Biarpun sekarang lagi trend bawa-bawa nilai sufistik ke dalam semua aktifitas termasuk di lingkungan kerja, karena anda belum tentu bekerja dengan orang yang memilki standar "rasa" yang sama. Mending dalam bekerja just use ur healthy mind, karena dalam urusan project, yang logis itu bener, yang bener itu indah!!

#05. Cuma sedikit manusia yg rajin bikin sinkronisasi dalam hidupnya. Seringkali kemampuan ama kemauan masih terpisah jurang dalam tapi karena puncaknya udah keliatan lantas kita berani bilang, saya bisa!.. Mbok ya.. di ukur dulu.. waktu yang tersisa, kompetensi team yang ada, tenaga ma kesehatan sendiri, pokoknya rajin2 synchronize deh!

Popular posts from this blog

Nasruddin Hoja: Yang Tersulit

Salah seorang murid Nasruddin di sekolah bertanya, “Manakah keberhasilan yang paling besar, orang yang bisa menundukkan sebuah kerajaan, orang yang bisa tetapi tidak mau, atau orang yang mencegah orang lain melakukan hal itu?” “Nampaknya ada tugas yang lebih sulit daripada ketiganya,” kata Nasruddin. “Apa itu?” “Mencoba mengajar engkau untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.”

Nasruddin Hoja: Yang Benar

Nasruddin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa. Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nasruddin berkomentar, “Aku rasa engkau benar.” Petugas majelis membujuk Nasruddin, mengingatkan bahwa terdakwa belum membela diri. Terdakwa diwakili oleh pengacara yang pandai mengolah logika, sehingga Nasruddin kembali terpikat. Setelah pengacara selesai, Nasruddin kembali berkomentar, “Aku rasa engkau benar.” Petugas mengingatkan Nasruddin bahwa tidak mungkin jaksa betul dan sekaligus pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah ! Nasruddin menatapnya lesu, dan kemudian berkomentar, “Aku rasa engkau benar.”

Nasruddin Hoja: Mengabdi pada Pemilik Segala-Nya

Nasruddin hampir selalu miskin. Ia tidak mengeluh, tapi suatu hari istrinyalah yang mengeluh supaya Nasruddin mencari kerja upahan. “Tapi aku mengabdi kepada Allah saja,” kata Nasruddin mendengar istrinya mengeluhkan kemiskinan . “Kalau begitu, mintalah upah kepada Allah,” kata istrinya. Nasruddin langsung ke pekarangan, bersujud, dan berteriak keras-keras, “Ya Allah, berilah hamba upah seratus keping perak!” berulang-ulang. Tetangganya ingin mempermainkan Nasruddin. Ia melemparkan seratus keping perak ke kepala Nasruddin. Tapi ia terkejut waktu Nasruddin membawa lari uang itu ke dalam rumah dengan gembira, sambil berteriak “Hai, aku ternyata memang wali Allah. Ini upahku dari Allah.” Sang tetangga menyerbu rumah Nasruddin, meminta kembali uang yang baru dilemparkannya. Nasruddin menjawab “Aku memohon kepada Allah, dan uang yang jatuh itu pasti jawaban dari Allah.” Tetangganya marah. Ia mengajak Nasruddin menghadap hakim. Nasruddin berkelit, “Aku tidak pantas ke pengadil