Skip to main content

Nasruddin Hoja: Makanan Untuk Baju II


Nasruddin Hoja menghadiri sebuah pesta pernikahan. Dilihatnya seorang sahabatnya sedang asyik makan. Namun, di samping makan sebanyak-banyaknya, ia sibuk pula mengisi kantong bajunya dengan makanan.

Melihat kerakusan sahabatnya, Nasruddin mengambil teko berisi air. Diam-diam, diisinya kantong baju sahabatnya dengan air.

Tentu saja sahabatnya itu terkejut, dan berteriak,

“Hai Nasruddin, gilakah kau ? Masa kantongku kau tuangi air!”

“Maaf, aku tidak bermaksud buruk, sahabat,” jawab Nasruddin, “Karena tadi kulihat betapa banyak makanan ditelan oleh kantongmu, maka aku khawatir dia akan haus. Karena itu kuberi minum secukupnya.”

Popular posts from this blog

Nasruddin Hoja: Yang Tersulit

Salah seorang murid Nasruddin di sekolah bertanya, “Manakah keberhasilan yang paling besar, orang yang bisa menundukkan sebuah kerajaan, orang yang bisa tetapi tidak mau, atau orang yang mencegah orang lain melakukan hal itu?” “Nampaknya ada tugas yang lebih sulit daripada ketiganya,” kata Nasruddin. “Apa itu?” “Mencoba mengajar engkau untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.”

Nasruddin Hoja: Yang Benar

Nasruddin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa. Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nasruddin berkomentar, “Aku rasa engkau benar.” Petugas majelis membujuk Nasruddin, mengingatkan bahwa terdakwa belum membela diri. Terdakwa diwakili oleh pengacara yang pandai mengolah logika, sehingga Nasruddin kembali terpikat. Setelah pengacara selesai, Nasruddin kembali berkomentar, “Aku rasa engkau benar.” Petugas mengingatkan Nasruddin bahwa tidak mungkin jaksa betul dan sekaligus pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah ! Nasruddin menatapnya lesu, dan kemudian berkomentar, “Aku rasa engkau benar.”

Nasruddin Hoja: Pelayan Raja

Nasruddin menjadi orang penting di istana, dan bersibuk mengatur urusan di dalam istana. Suatu hari raja merasa lapar. Beberapa koki menyajikan hidangan yang enak sekali. “Tidakkah ini sayuran terbaik di dunia, Mullah ?” tanya raja kepada Nasruddin. “Teramat baik, Tuanku.” Mendengar komentar Nasruddin, raja meminta dimasakkan sayuran itu setiap saat. Lima hari kemudian, ketika koki untuk yang kesepuluh kali memasak masakan yang sama, raja berteriak: “Singkirkan semuanya! Aku benci makanan ini!” “Memang sayuran terburuk di dunia, Tuanku.” ujar Nasruddin. “Tapi belum satu minggu yang lalu engkau mengatakan bahwa itu sayuran terbaik.” “Memang benar. Tapi saya pelayan raja, bukan pelayan sayuran.”