Skip to main content

Nasruddin Hoja: Jatuh ke Kolam

Nasruddin hampir terjatuh ke kolam. Tapi orang yang tidak terlalu dikenalnya berada di dekatnya menolong pada saat yang tepat.


Namun setelah itu, setiap kali bertemu Nasruddin orang itu selalu membicarakan peristiwa itu, dan membuat Nasruddin berterima kasih berulang-ulang.

Suatu hari, untuk yang kesekian kalinya, orang itu menyinggung peristiwa itu lagi. Nasruddin mengajaknya ke kolam tempatnya hampir jatuh, dan kali ini Nasruddin langsung melompat ke air.

“Kau lihat! Sekarang aku sudah benar-benar basah seperti yang seharusnya terjadi kalau engkau dulu tidak menolongku. Sudah, pergi sana!”

Popular posts from this blog

Nasruddin Hoja: Yang Tersulit

Salah seorang murid Nasruddin di sekolah bertanya, “Manakah keberhasilan yang paling besar, orang yang bisa menundukkan sebuah kerajaan, orang yang bisa tetapi tidak mau, atau orang yang mencegah orang lain melakukan hal itu?” “Nampaknya ada tugas yang lebih sulit daripada ketiganya,” kata Nasruddin. “Apa itu?” “Mencoba mengajar engkau untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.”

Nasruddin Hoja: Nasib dan Asumsi

“Apa artinya nasib, Mullah ?” “Sekumpulan asumsi.” “Bagaimana?” “Begini.. Engkau menganggap bahwa segalanya akan berjalan baik, tetapi kenyataannya tidak begitu. Nah itu yang disebut nasib buruk. Atau, engkau punya asumsi bahwa hal-hal tertentu akan menjadi buruk, tetapi nyatanya tidak terjadi. Itu nasib baik namanya. Engkau punya asumsi bahwa sesuatu akan terjadi atau tidak terjadi, kemudian engkau kehilangan intuisi atas apa yang akan terjadi, dan akhirnya berasumsi bahwa masa depan tidak dapat ditebak. Ketika engkau terperangkap di dalamnya, maka engkau namakan itu nasib.”

Nasruddin Hoja: Perusuh

Kebetulan Nasruddin sedang ke kota raja. Tampaknya ada kesibukan luar biasa di istana. Karena ingin tahu, Nasruddin mencoba mendekati pintu istana. Tapi pengawal bersikap sangat waspada dan tidak ramah. “Menjauhlah engkau, hai Mullah!” teriak pengawal. (Nasruddin dikenali sebagai mullah karena pakaiannya) “Mengapa?” tanya Nasruddin. “Raja sedang menerima tamu-tamu agung dari seluruh negeri. Saat ini sedang berlangsung pembicaraan penting. Pergilah!” “Tapi mengapa rakyat harus menjauh?” “Pembicaraan ini menyangkut nasib rakyat. Kami hanya menjaga agar tidak ada perusuh yang masuk dan mengganggu. Sekarang, pergilah!” “Iya, aku pergi. Tapi pikirkan ini: bagaimana kalau perusuhnya sudah ada di dalam sana?” kata Nasruddin sambil beranjak dari tempatnya.